BEKASIURBAN – Bekasi, 10 Maret 2024.
Ketika HUT Kota Ke-72 Kota Bekasi berlangsung dalam kekosongan yang melompong, itu bukan hanya sekadar kegagalan dalam mengadakan perayaan kebahagiaan, tetapi juga sebuah cerminan dari kekurangan yang mendalam dalam penghargaan terhadap etika, sosial budaya, serta ketokohan dan karya yang telah menghiasi Kota Bekasi.
Raden Ghani Muhammad, sebagai PJ walikota yang tidak mampu memimpin perayaan yang pantas, menandakan bahwa kepemimpinan di tingkat tertinggi telah gagal untuk menghargai dan memelihara warisan dan prestasi kota. Tanpa perayaan yang meriah, kesempatan untuk memperkuat ikatan sosial dan budaya di antara penduduk terlewatkan dengan sia-sia. Ini tidak hanya menunjukkan ketidaksensitifan terhadap kebutuhan akan solidaritas sosial, tetapi juga kurangnya rasa bangga terhadap identitas Kota Bekasi.
Lebih jauh lagi, penilaian terhadap Raden Ghani Muhammad sebagai PJ walikota terburuk semakin diperkuat oleh kegagalan ini. Seorang pemimpin seharusnya menjadi tonggak dalam mempromosikan kebahagiaan dan semangat kolektif dalam komunitasnya. Namun, dalam kekosongan yang terjadi, justru tergambar ketidakmampuan dan keengganan untuk memimpin dengan teladan yang baik.
Ketidakmampuan untuk menghargai ketokohan dan hasil karya Kota Bekasi dalam perayaan HUT yang kosong ini adalah sebuah celaan besar terhadap kepemimpinan dan identitas kota itu sendiri. Hal ini menandakan bahwa Kota Bekasi telah kehilangan arah dan semangat patriotisme di bawah kepemimpinan yang kurang efektif. Dalam keseluruhan konteks ini, HUT yang kosong dan kegagalan kepemimpinan menciptakan narasi yang memprihatinkan tentang masa depan kota ini.